Bukan Cuma Vokalisnya, Ini Perbedaan Feast dan Hindia yang Perlu Kamu Tahu
Di kancah musik independen Indonesia, nama Feast dan Hindia seringkali disebut dalam satu napas. Wajar saja, karena vokalis band Feast yang penuh energi, Baskara Putra, adalah juga sosok sentral di balik proyek solo yang lebih introspektif bernama Hindia. Meskipun diusung oleh individu yang sama, yaitu Baskara, kedua entitas musikal ini punya identitas, karakter, dan “bahasa” yang sangat berbeda. Memahami perbedaan keduanya akan memberikan gambaran yang lebih kaya tentang spektrum kreativitas Baskara Putra sebagai musisi dan penulis lagu.
Image just for illustration
Sifat Entitas dan Struktur Personel¶
Perbedaan paling mendasar antara Feast dan Hindia terletak pada sifat entitasnya. Feast adalah sebuah band dalam artian tradisional, sebuah kolektif yang terdiri dari beberapa musisi dengan peran masing-masing. Formasi inti Feast saat ini terdiri dari Baskara Putra (vokal), Adnan Satyanugraha Putra (gitar), Dikkajay (bass), Leo Enrico (drum), dan Dicky Renanda Putra (gitar).
Sementara itu, Hindia adalah proyek solo Baskara Putra. Artinya, Hindia adalah perpanjangan dari visi dan ekspresi Baskara secara pribadi. Meskipun dalam proses rekaman atau pertunjukan live Baskara seringkali mengajak musisi lain sebagai kolaborator atau backing band, ide, arah, dan konsep utama sepenuhnya berada di tangan Baskara. Ini memberikan Hindia fleksibilitas yang lebih besar dalam bereksplorasi tanpa harus terikat pada dinamika dan konsensus sebuah band.
Gaya Musik dan Genre¶
Perbedaan mendasar lainnya bisa kita dengar langsung dari suara musik yang dihasilkan. Feast dikenal dengan gaya musik alt-rock atau indie rock yang cenderung powerful, berdistorsi, dan terkadang memiliki nuansa psikedelik atau post-rock. Musik Feast seringkali disusun dengan komposisi yang kompleks, dinamika yang naik turun, dan aransemen yang memanfaatkan kekuatan penuh dari sebuah band rock. Mereka tidak ragu bermain dengan tempo, riff gitar yang catchy sekaligus berat, dan sound yang padat.
Di sisi lain, Hindia menawarkan palet musik yang lebih luas dan fleksibel. Gaya musik Hindia seringkali digolongkan ke dalam indie pop, elektronik, atau bahkan singer-songwriter, namun ia bisa dengan mudah melompat ke genre lain seperti folk, hip-hop, atau bahkan orkestral, tergantung kebutuhan lagunya. Musik Hindia banyak menggunakan elemen elektronik, synth, drum machine, dan penggunaan sample atau rekaman suara/percapan sebagai bagian integral dari aransemennya. Suaranya bisa lebih mellow, atmosferik, atau bahkan danceable dibandingkan Feast.
Tema Lirik dan Narasi¶
Ini mungkin adalah perbedaan yang paling disadari oleh banyak pendengar setia kedua proyek ini. Lirik-lirik Feast sangat kental dengan tema sosio-politik, kritik terhadap sistem, sejarah yang dilihat dari sudut pandang berbeda, dan keresahan publik. Lagu-lagu Feast seringkali berfungsi sebagai “anthem” bagi mereka yang merasa gerah dengan kondisi sosial atau politik yang terjadi. Metafora yang digunakan Feast biasanya tajam, provokatif, dan mengajak pendengar untuk berpikir atau bahkan bereaksi.
Berbeda 180 derajat, lirik-lirik Hindia sangat, sangat personal dan introspektif. Baskara menggunakan Hindia sebagai wadah untuk mengeksplorasi pengalaman pribadinya, kesehatan mental (kecemasan, depresi), spiritualitas, hubungan dengan keluarga, pertemanan, cinta, serta observasi detail tentang kehidupan sehari-hari. Lirik Hindia seringkali terasa sangat vulnerable, jujur, dan relatable bagi banyak orang yang mengalami hal serupa. Pendengar Hindia sering merasa ditemani atau divalidasi oleh lirik-liriknya yang membicarakan isu-isu yang seringkali dianggap tabu atau sulit diungkapkan.
Image just for illustration
Proses Kreatif¶
Dalam sebuah band seperti Feast, proses kreatif cenderung bersifat kolaboratif. Meskipun Baskara adalah penulis lirik utama dan salah satu komposer, ide musik, aransemen, dan dinamika lagu lahir dari diskusi serta kontribusi seluruh anggota band. Masing-masing personel membawa input dan signature mereka ke dalam proses, menciptakan suara yang merupakan hasil sinergi kolektif. Ini membuat musik Feast punya kedalaman yang berasal dari berbagai kepala dan hati.
Di proyek solo Hindia, proses kreatifnya lebih terpusat pada Baskara. Dia adalah penulis lirik utama, komposer, dan konseptor di balik setiap lagu atau album. Baskara punya kebebasan penuh untuk bereksperimen dengan sound, struktur lagu, dan tema tanpa harus meminta persetujuan atau kompromi dari anggota band lain. Meskipun ia sering berkolaborasi dengan musisi atau produser lain, peran mereka lebih sebagai fasilitator untuk mewujudkan visi Baskara. Ini memungkinkan Hindia untuk lebih cepat beradaptasi dengan ide-ide baru dan bereksplorasi lebih jauh ke area yang mungkin kurang cocok untuk sound Feast.
Instrumentasi dan Penggunaan Teknologi¶
Seperti disebutkan sebelumnya, instrumentasi Feast sangat mengandalkan format band rock: gitar yang dominan (baik rhythm maupun lead), bassline yang kuat, dan gebukan drum yang dinamis. Penggunaan synth atau sample ada, tapi lebih sebagai pelengkap untuk memperkaya tekstur suara band secara keseluruhan, bukan elemen utama. Fokusnya tetap pada interaksi dan energi yang dihasilkan oleh instrumen-instrumen “tradisional” rock.
Hindia, di sisi lain, sangat terbuka dengan penggunaan berbagai instrumen dan teknologi. Synth dan elemen elektronik seringkali menjadi fondasi musiknya, baik dalam bentuk melodi, pad, atau beat. Penggunaan sample dari berbagai sumber (musik lain, film, rekaman suara) sangat sering ditemui dan menjadi ciri khas beberapa lagu Hindia. Gitar, bass, dan drum juga digunakan, namun perannya bisa jadi tidak se-sentral di Feast, atau dimainkan dengan gaya yang berbeda (misalnya gitar akustik yang lebih intimate).
Pertunjukan Live¶
Pengalaman menonton Feast dan Hindia secara langsung juga menawarkan sensasi yang berbeda. Konser Feast dikenal sangat energetik dan powerful. Interaksi antar anggota band di atas panggung terasa kuat, dan penonton sering diajak larut dalam euforia atau bahkan emosi “protes” yang disampaikan lagu-lagu mereka. Aksi panggung Feast biasanya penuh power dan adrenaline selayaknya band rock pada umumnya.
Penampilan live Hindia bisa sangat bervariasi. Baskara terkadang tampil sendirian hanya dengan gitar akustik atau setup elektronik minimalis untuk membawakan lagu-lagunya dengan nuansa yang lebih intim. Di kesempatan lain, ia bisa tampil bersama backing band yang diatur sesuai kebutuhan aransemen, atau bahkan menghadirkan elemen visual dan naratif yang kuat. Energi panggungnya mungkin tidak selalu se-eksplosif Feast, namun lebih fokus pada penyampaian lirik dan emosi secara langsung kepada penonton.
Sejarah Singkat dan Perkembangan¶
Feast terbentuk lebih dulu, yaitu sekitar tahun 2013-2014. Mereka mulai membangun basis penggemar melalui EP dan single yang secara konsisten mengangkat isu-isu sosial dan politik. Album penuh pertama mereka, Multiverses, dirilis pada tahun 2017, memperkuat posisi mereka sebagai band rock alternatif dengan lirik provokatif. Hingga kini, Feast terus aktif merilis karya dan melakukan tur, solid dengan identitas mereka sebagai band.
Hindia baru muncul belakangan, sekitar tahun 2018. Proyek ini lahir sebagai wadah bagi Baskara untuk mengeksplorasi ide-ide musik dan tema lirik yang tidak pas atau tidak mungkin diwadahi oleh Feast. Album debut Hindia, Menari dengan Bayangan, dirilis pada tahun 2019 dan langsung mendapat sambutan luar biasa, terutama karena lirik-liriknya yang sangat personal dan relatable. Sejak itu, Hindia telah menjadi proyek solo yang sangat sukses dan produktif bagi Baskara, rilis album kedua Lagipula Hidup Akan Berakhir di tahun 2023.
Image just for illustration
Saling Melengkapi atau Berbeda Total?¶
Meskipun punya perbedaan yang jelas, Feast dan Hindia bisa dibilang saling melengkapi dalam merepresentasikan spektrum kreativitas Baskara Putra. Feast adalah “suara publik” Baskara, di mana ia menyalurkan keresahan dan pemikirannya tentang dunia di sekelilingnya melalui medium kolektif band rock yang berpower. Hindia adalah “suara pribadi” Baskara, di mana ia menyalurkan pengalaman, emosi, dan perjuangan personalnya melalui medium solo yang lebih fleksibel dan intim.
Baskara sendiri pernah menyatakan bahwa ia membutuhkan kedua wadah ini. Ada hal-hal yang hanya bisa ia sampaikan bersama Feast, dan ada hal-hal yang hanya bisa ia ungkapkan sebagai Hindia. Kedua proyek ini memungkinkan Baskara untuk mengekspresikan diri secara utuh, baik sebagai individu yang peka terhadap isu sosial maupun sebagai pribadi yang bergulat dengan dirinya sendiri. Pendengar pun jadi punya pilihan, apakah ingin mendengarkan “teriakan” Feast yang menggugah atau “bisikan” Hindia yang menenangkan (atau malah membuat galau).
Tabel Perbedaan Singkat¶
Berikut adalah ringkasan perbedaan utama antara Feast dan Hindia dalam format tabel:
Aspek | Feast | Hindia |
---|---|---|
Sifat Entitas | Band (Kolektif) | Proyek Solo Baskara Putra |
Personel | Formasi Tetap (Baskara, Adnan, Dikkajay, Leo, Dicky) | Baskara sebagai inti, sering melibatkan musisi/kolaborator |
Genre Musik | Alt-Rock, Indie Rock, Protes Rock | Indie Pop, Elektronik, Singer-Songwriter, eksperimental |
Tema Lirik | Sosio-Politik, Kritik Sistem, Sejarah, Keresahan Publik | Pribadi, Kesehatan Mental, Spiritual, Hubungan, Kehidupan Sehari-hari |
Proses Kreatif | Kolaboratif antar anggota band | Baskara-sentris, ia menentukan arah dan konsep utama |
Instrumentasi | Dominasi Gitar, Bass, Drum (Band Rock Utuh), Synth pelengkap | Dominasi Elektronik, Synth, Sampel, Drum Machine, Gitar Akustik/Listrik |
Vibe Umum | Energetik, Kuat, Menggugah, Marah (dalam konteks sosial) | Introspektif, Emosional, Rentan, Menenangkan (bagi sebagian), Melankolis |
Pertunjukan Live | Penuh Energi Band, Powerful, Interaktif dengan Penonton | Variatif (Solo Akustik/Elektronik hingga Full Band), Fokus Narasi/Visual |
Kesimpulan¶
Memahami perbedaan antara Feast dan Hindia bukan sekadar membedakan dua nama di dunia musik. Ini adalah cara untuk mengapresiasi kedalaman dan keragaman ekspresi seorang seniman seperti Baskara Putra. Feast adalah manifestasi dari suara kolektif yang lantang terhadap isu-isu di luar diri, sementara Hindia adalah manifestasi dari perjalanan batin dan pengalaman personal yang diungkapkan dengan jujur. Keduanya adalah sisi mata uang yang sama, lahir dari satu pemikiran kreatif, namun disampaikan melalui medium dan “bahasa” yang sama sekali berbeda, menawarkan kekayaan yang luar biasa bagi para penikmat musik Indonesia.
Setelah membaca perbedaan ini, mana yang lebih nyantol di hati atau telinga kalian? Feast dengan gebukan drum dan lirik protesnya, atau Hindia dengan synth dan lirik personalnya? Bagikan pendapat dan pengalaman kalian mendengarkan kedua proyek ini di kolom komentar ya!
Posting Komentar