SBAR vs TBAK: Apa Bedanya Sih? Panduan Lengkap Biar Gak Bingung!

Daftar Isi

Komunikasi yang efektif itu krusial banget di dunia kesehatan. Bayangin aja, informasi yang nggak jelas atau nggak lengkap bisa berakibat fatal buat pasien. Nah, makanya ada banyak banget kerangka kerja komunikasi yang dirancang khusus untuk tenaga medis. Dua di antaranya yang paling populer adalah SBAR dan TBak. Mungkin kamu pernah denger istilah ini, atau bahkan udah sering pakai. Tapi, apa sih sebenarnya perbedaan SBAR dan TBak? Kapan kita harus pakai yang mana? Yuk, kita bahas tuntas!

Apa itu SBAR?

SBAR itu singkatan dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Ini adalah kerangka komunikasi terstruktur yang awalnya dikembangkan oleh Angkatan Laut AS untuk komunikasi di kapal selam nuklir. Keren kan? Ternyata, prinsip komunikasi yang efektif di lingkungan yang high-stakes kayak kapal selam juga ampuh banget diterapkan di rumah sakit.

SBAR Communication Model
Image just for illustration

SBAR dirancang untuk membantu tenaga kesehatan menyampaikan informasi pasien secara ringkas, jelas, dan terstruktur. Tujuannya biar semua orang yang terlibat dalam perawatan pasien punya pemahaman yang sama dan bisa ambil keputusan yang tepat dengan cepat. SBAR ini cocok banget buat komunikasi verbal, misalnya saat handover pasien antar shift, konsultasi dengan dokter spesialis, atau laporan kondisi pasien ke atasan.

Komponen SBAR

Mari kita bedah satu per satu komponen SBAR biar lebih paham:

  1. Situation (Situasi): Ini adalah bagian pembuka komunikasi. Di sini, kamu harus menjelaskan situasi terkini pasien secara singkat dan jelas. Sebutkan nama pasien, umur, nomor rekam medis (kalau ada), dan keluhan utama atau masalah yang lagi dihadapi pasien saat ini. Intinya, kasih highlight kenapa kamu menghubungi orang tersebut.

    Contoh: “Dokter, ini pasien atas nama Ibu Ani, umur 65 tahun, nomor rekam medis 123456. Saya mau laporin soal penurunan kesadaran pasien sejak 30 menit yang lalu.”

  2. Background (Latar Belakang): Setelah jelasin situasinya, kamu perlu kasih konteks atau latar belakang yang relevan. Informasi ini penting biar orang yang kamu ajak komunikasi bisa lebih memahami situasi pasien secara menyeluruh. Latar belakang ini bisa berupa riwayat penyakit pasien, alergi, pengobatan yang sedang dijalani, atau hasil pemeriksaan penunjang yang udah ada.

    Contoh: “Ibu Ani punya riwayat diabetes dan hipertensi. Tadi pagi pasien masih sadar penuh dan mengeluh pusing. Gula darah sewaktu tadi pagi 250 mg/dL, sudah diberikan insulin sesuai instruksi dokter.”

  3. Assessment (Asesmen/Penilaian): Di bagian ini, kamu menyampaikan penilaian kamu terhadap situasi pasien berdasarkan data yang kamu punya. Ini bukan cuma nyebutin data mentah, tapi juga interpretasi kamu sebagai tenaga kesehatan. Misalnya, hasil pemeriksaan fisik, tanda vital, atau hasil monitor.

    Contoh: “Saat ini kesadaran pasien menurun, GCS 10, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 kali per menit lemah, napas 24 kali per menit dangkal. Saya khawatir pasien mengalami hipoglikemia atau syok hipovolemik.”

  4. Recommendation (Rekomendasi): Ini adalah bagian paling penting! Di sini, kamu menyampaikan rekomendasi atau saran tindakan yang menurut kamu perlu dilakukan untuk pasien. Rekomendasi ini harus spesifik dan terukur. Jangan ragu untuk mengusulkan apa yang kamu pikir terbaik untuk pasien.

    Contoh: “Saya rekomendasikan untuk segera cek gula darah ulang, berikan bolus cairan kristaloid, dan pertimbangkan untuk panggil dokter jaga ICU. Apakah dokter setuju untuk dilakukan pemeriksaan AGDA dan EKG?”

Dengan struktur SBAR ini, informasi penting nggak akan kelewat, dan komunikasi jadi lebih efektif. Bayangin kalau semua tenaga kesehatan pakai SBAR, pasti miscommunication bisa diminimalisir banget.

Apa itu TBak?

Nah, kalau TBak ini singkatan dari Tulis, Baca, Konfirmasi. TBak ini sebenarnya bukan kerangka komunikasi yang standalone kayak SBAR. TBak lebih ke prinsip atau strategi untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat atau tindakan medis lain yang melibatkan instruksi tertulis atau lisan. TBak ini menekankan pentingnya verifikasi ganda dan komunikasi yang jelas untuk memastikan instruksi dipahami dan dilaksanakan dengan benar.

TBak Principle
Image just for illustration

TBak ini penting banget terutama dalam situasi-situasi yang high-risk, kayak pemberian obat-obatan high-alert, instruksi dosis obat yang kompleks, atau tindakan medis yang butuh ketelitian tinggi. Prinsip TBak ini bisa diterapkan dalam berbagai konteks, baik komunikasi verbal maupun tertulis.

Komponen TBak

Sesuai namanya, TBak punya tiga komponen utama:

  1. Tulis (Write): Setiap instruksi, terutama instruksi obat atau tindakan medis, sebaiknya ditulis dengan jelas dan lengkap. Penulisan instruksi ini harus mencakup semua informasi penting, kayak nama obat, dosis, rute pemberian, frekuensi, waktu pemberian, dan indikasi (kalau perlu). Kalau instruksinya verbal, sebaiknya segera ditulis setelah diterima. Penulisan ini penting sebagai dokumentasi dan referensi.

    Contoh Instruksi Tertulis: “Ceftriaxone 1 gram IV, setiap 12 jam.”

  2. Baca (Read Back): Setelah instruksi ditulis atau diterima secara verbal, penerima instruksi wajib membacakan ulang instruksi tersebut kepada pemberi instruksi. Tujuannya untuk memastikan bahwa penerima instruksi memahami dengan benar apa yang dimaksud. Pembacaan ulang ini harus dilakukan secara teliti dan lengkap, kata per kata kalau perlu, terutama untuk instruksi yang kompleks.

    Contoh Pembacaan Ulang: “Baik, saya ulangi instruksinya: Ceftriaxone satu gram intravena, setiap dua belas jam.”

  3. Konfirmasi (Confirmation): Setelah instruksi dibacakan ulang, pemberi instruksi harus mendengarkan dengan seksama dan mengkonfirmasi apakah pembacaan ulang tersebut sudah benar atau belum. Kalau ada kesalahan atau ketidaksesuaian, pemberi instruksi harus segera mengoreksi dan penerima instruksi harus membacakan ulang lagi sampai dikonfirmasi benar. Konfirmasi ini penting untuk memastikan tidak ada kesalahan interpretasi instruksi.

    Contoh Konfirmasi: “Betul, sudah benar. Ceftriaxone 1 gram IV, setiap 12 jam.” atau “Tidak, ada koreksi. Ceftriaxone 2 gram, bukan 1 gram.”

Dengan prinsip TBak ini, risiko kesalahan dalam pemberian obat atau tindakan medis bisa ditekan seminimal mungkin. Ini adalah langkah sederhana tapi efektif untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Perbedaan Utama SBAR dan TBak

Setelah kita bahas masing-masing, sekarang kita lihat perbedaan utama antara SBAR dan TBak:

Fokus Utama

  • SBAR: Fokus utama SBAR adalah pada struktur komunikasi untuk menyampaikan informasi pasien secara efektif dan efisien. SBAR membantu tenaga kesehatan untuk mengorganisir pikiran dan informasi penting sebelum berkomunikasi, terutama dalam situasi yang mendesak atau kompleks. SBAR lebih menekankan pada apa yang dikomunikasikan.
  • TBak: Fokus utama TBak adalah pada verifikasi instruksi untuk mencegah kesalahan, terutama dalam pemberian obat atau tindakan medis. TBak lebih menekankan pada bagaimana instruksi dikomunikasikan dan dipastikan kebenarannya. TBak adalah strategi untuk memastikan pesan yang disampaikan dipahami dengan benar.

Langkah-langkah

  • SBAR: Langkah-langkah SBAR adalah Situation, Background, Assessment, Recommendation. Ini adalah kerangka kerja yang terstruktur untuk menyampaikan informasi secara berurutan dan sistematis.
  • TBak: Langkah-langkah TBak adalah Tulis, Baca, Konfirmasi. Ini adalah siklus verifikasi yang berulang untuk memastikan keakuratan instruksi. TBak bukan kerangka komunikasi yang berurutan, tapi lebih ke prinsip yang diterapkan dalam setiap komunikasi instruksi.

Penggunaan

  • SBAR: SBAR digunakan dalam berbagai situasi komunikasi di dunia kesehatan, terutama untuk komunikasi verbal seperti handover pasien, konsultasi, laporan kondisi pasien, atau permintaan bantuan. SBAR cocok untuk komunikasi yang membutuhkan penyampaian informasi yang komprehensif tapi ringkas.
  • TBak: TBak terutama digunakan dalam situasi yang melibatkan instruksi, baik verbal maupun tertulis, terutama instruksi obat, dosis, atau tindakan medis. TBak sangat penting dalam situasi high-risk dan untuk mencegah medication error atau kesalahan tindakan medis.

Kelebihan dan Kekurangan

Fitur SBAR TBak
Kelebihan - Struktur komunikasi yang jelas dan sistematis - Meminimalkan kesalahan instruksi
- Memastikan informasi penting tersampaikan - Meningkatkan keselamatan pasien
- Memudahkan komunikasi antar tenaga kesehatan - Sederhana dan mudah diterapkan
- Cocok untuk berbagai situasi komunikasi - Berlaku untuk berbagai jenis instruksi
Kekurangan - Mungkin terasa formal atau kaku dalam beberapa situasi - Tidak mencakup struktur komunikasi secara keseluruhan (fokus ke instruksi)
- Perlu latihan dan pembiasaan untuk penggunaan yang efektif - Mungkin dianggap memakan waktu tambahan (padahal justru mencegah kesalahan)
- Kurang fokus pada verifikasi instruksi spesifik (dibandingkan TBak) - Kurang menekankan pada penyampaian informasi pasien secara komprehensif (dibandingkan SBAR)

Kapan Menggunakan SBAR dan TBak?

Meskipun berbeda, SBAR dan TBak sebenarnya bisa saling melengkapi dan digunakan bersamaan dalam praktik sehari-hari. Nggak harus milih salah satu, justru kombinasinya bisa lebih efektif.

  • Gunakan SBAR saat:

    • Kamu perlu menyampaikan informasi pasien secara komprehensif tapi ringkas kepada dokter, perawat lain, atau tenaga kesehatan lain.
    • Saat handover pasien antar shift atau antar unit.
    • Saat konsultasi dengan dokter spesialis.
    • Saat melaporkan perubahan kondisi pasien yang signifikan.
    • Saat meminta instruksi atau bantuan dari tenaga kesehatan lain.
    • Dalam situasi gawat darurat atau kondisi pasien yang memburuk.
  • Gunakan TBak saat:

    • Menerima instruksi obat dari dokter, baik verbal maupun tertulis.
    • Memberikan instruksi obat kepada perawat lain atau farmasi.
    • Melakukan tindakan medis yang membutuhkan instruksi, misalnya pemasangan kateter, infus, atau prosedur lainnya.
    • Setiap kali ada transfer informasi yang melibatkan instruksi, terutama yang high-risk.
    • Dalam situasi apapun yang berpotensi terjadi kesalahan instruksi.

Contoh Penggunaan Kombinasi SBAR dan TBak:

Misalnya, seorang perawat jaga ingin melaporkan kondisi pasien yang memburuk kepada dokter jaga menggunakan SBAR. Setelah dokter jaga memberikan instruksi obat secara verbal, perawat jaga menerapkan prinsip TBak untuk memastikan instruksi dipahami dan dilaksanakan dengan benar.

  1. SBAR: Perawat menggunakan SBAR untuk menyampaikan informasi pasien:

    • Situation: “Dokter, ini pasien Tn. Budi, kamar 201, usia 55 tahun. Saya mau laporin soal peningkatan sesak napas pasien.”
    • Background: “Tn. Budi punya riwayat PPOK, dirawat sejak 3 hari lalu karena eksaserbasi akut. Sudah diberikan nebulizer dan oksigen nasal kanul.”
    • Assessment: “Saat ini pasien tampak sesak berat, RR 30 kali per menit, saturasi oksigen 90% dengan nasal kanul 4 liter. Terdengar wheezing di kedua lapang paru.”
    • Recommendation: “Saya rekomendasikan untuk meningkatkan oksigen, pertimbangkan nebulizer ulang dengan bronkodilator kombinasi, dan mungkin perlu pemeriksaan AGDA. Apakah dokter ada instruksi lain?”
  2. TBak: Dokter jaga memberikan instruksi verbal: “Baik, naikkan oksigen jadi 6 liter, nebulizer ulang combivent, dan order AGDA sekarang.” Perawat jaga kemudian menerapkan TBak:

    • Tulis: Perawat segera menulis instruksi dokter di catatan medis.
    • Baca: Perawat membacakan ulang instruksi: “Baik, instruksinya: naikkan oksigen menjadi enam liter, nebulizer combivent diulang, dan order AGDA sekarang, betul dokter?”
    • Konfirmasi: Dokter jaga mengkonfirmasi: “Betul, sudah benar.”

Dengan kombinasi SBAR dan TBak, komunikasi informasi pasien dan instruksi medis menjadi lebih efektif dan aman. SBAR membantu penyampaian informasi yang terstruktur, sementara TBak memastikan instruksi dipahami dan dilaksanakan dengan tepat.

Tips Menggunakan SBAR dan TBak dengan Efektif

Biar penggunaan SBAR dan TBak kamu makin jago, ini beberapa tips yang bisa kamu terapkan:

  • Latihan dan Pembiasaan: Awalnya mungkin terasa kaku atau ribet, tapi semakin sering dilatih dan dibiasakan, SBAR dan TBak akan jadi second nature. Ajak rekan kerja untuk latihan bareng, misalnya simulasi handover pasien atau simulasi menerima instruksi obat.
  • Gunakan Checklist atau Template: Untuk SBAR, kamu bisa bikin checklist atau template yang berisi poin-poin penting dari setiap komponen (Situation, Background, Assessment, Recommendation). Ini bisa bantu kamu nggak lupa informasi penting saat berkomunikasi. Untuk TBak, checklist sederhana “Tulis-Baca-Konfirmasi” bisa ditempel di area kerja sebagai pengingat.
  • Komunikasi yang Jelas dan Ringkas: Baik SBAR maupun TBak menekankan komunikasi yang jelas dan ringkas. Hindari jargon medis yang nggak perlu, gunakan bahasa yang mudah dipahami, dan sampaikan informasi secara langsung ke poinnya.
  • Dengarkan dengan Aktif: Saat menggunakan TBak, dengarkan dengan seksama saat instruksi dibacakan ulang. Jangan cuma nunggu giliran ngomong, tapi benar-benar perhatikan apakah pembacaan ulang sudah sesuai dengan instruksi yang kamu berikan.
  • Jangan Ragu Bertanya atau Mengklarifikasi: Kalau ada instruksi yang nggak jelas atau kamu ragu, jangan malu untuk bertanya atau meminta klarifikasi. Lebih baik bertanya daripada salah interpretasi dan berakibat fatal buat pasien.
  • Dokumentasikan: Setiap komunikasi penting, terutama instruksi medis, sebaiknya didokumentasikan di catatan medis pasien. Dokumentasi ini penting sebagai bukti komunikasi dan untuk traceability.
  • Sosialisasi dan Edukasi: Penting untuk mensosialisasikan dan mengedukasi seluruh tenaga kesehatan di tempat kerjamu tentang pentingnya SBAR dan TBak. Semakin banyak yang paham dan menerapkan, dampaknya akan semakin besar untuk keselamatan pasien.

Kesimpulan

SBAR dan TBak adalah dua alat komunikasi yang sangat berharga di dunia kesehatan. Meskipun punya fokus yang berbeda, keduanya punya tujuan yang sama: meningkatkan komunikasi efektif dan keselamatan pasien. SBAR membantu kita menyampaikan informasi pasien secara terstruktur dan komprehensif, sementara TBak memastikan instruksi medis dipahami dan dilaksanakan dengan benar. Dengan memahami perbedaan dan kelebihan masing-masing, serta menerapkannya dengan efektif, kita bisa berkontribusi untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.

Nah, gimana menurut kamu? Apakah kamu sudah familiar dengan SBAR dan TBak? Atau mungkin kamu punya pengalaman menarik terkait penggunaan kedua kerangka komunikasi ini? Yuk, share pengalaman atau pendapat kamu di kolom komentar di bawah! Kita diskusi bareng biar makin paham dan makin jago komunikasi efektif di dunia kesehatan!

Posting Komentar